Thursday, November 13, 2008

Apa Yang Telah Kau Persembahkan??

Ketika aku mulai berfikir tentang ini, aku dan kamu pasti akan tersentuh, apakah itu karena semua yang telah kita persembahkan untuk mereka ataukah untuk semua kepahitan yang telah kita hadirkan untuk mereka. Untuk kali ini semuanya pasti sadar betul tentang ini. Tapi sekarang aku bertanya padamu dan kepada diriku sendiri, mengapa kita semua di lain waktu menjadi anak yang benar-benar sadar akan keberadaan orang tua kita tapi di lain waktu kita berlaku seperti manusia yang tak pernah lahir dari rahim Ibu, seperti manusia yang hadir tiba-tiba dan lahir begitu saja.



Ketika kita berkumpul dengan teman-teman kita, bersenda gurau, tertawa, bermain, dan hal-hal lain yang tak berguna sedikit pun, pernakah sedetik saja aku dan kamu mengingat Ibu dan Ayah di sana? Ketika aku dan kamu kembali bermalas-malasan untuk belajar, pernakah aku dan kamu mengingat keringat yang telah kering Ibu dan Ayah yang berjuang untuk berusaha agar kita bisa tetap kuliah? Hmmm, yakinlah pasti jawabannya, tidak. Semudah itukah kata malas keluar dari mulut kita dengan segudang kewajiban dan tanggung jawab yang harus kita bayar.

Percaya saja dengan IP tertinggi saja belum bisa setidaknya membayar setetes keringat mereka dan setetes air mata yang keluar karena pembangkangan kita. Kalau memang aku dan kamu sadar dan tahu diri sungguh hanya kebahagiaan yang kekal lah yang bisa kita persembahkan, ya itulah SurgaNya Allah. Ya memang tidak mudah untuk menuju ke sana, aku dan kamu harus mengorbankan semuanya bahkan nyawa sekalipun dan hanya anak yang tangguh sajalah dan tahu diri yang bisa mempersembahkannya.

Di antara kita pasti ada yang berfikir, toch orang tuaku sudah tidak ada lagi di dunia ini, jadi aku ngakk perlu terlalu pusing untuk hal seperti itu. Kamu tuch lebih beruntung dari aku. Kamu masih punya orang tua yang selalu mendampingimu dan memenuhi kebutuhanmu, sedangkan aku, aku punya orang tua tapi tak sedikit pun rasa itu kudapatkan dari mereka. Aku bahkan tak pernah mengenal mereka sejak aku menatap cahaya mentari di dunia ini.

Tapi sesungguhnya di mana pun dan bagaimana pun keadaan mereka sekarang, apakah pantas pembangkangan kita hadirkan kepada mereka baik yang masih ada di depan kita ataupun mereka yang sudah pergi meninggalkan kita. Apakah kita bisa membayar apa yang telah dirasakan oleh Ibu ketika mengandung kita selama kurang lebih 9 bulan dan mungkin setidaknya membayar setetes keringat Ayah yang berjuang untuk kebutuhan kita baik selama kita dalam kandungan maupun setelah lahir ke dunia ini. Mungkin jika jawabannya ya, baru kita punya kesempatan untuk melakukan semua seenaknya. Tak perlu lagi perduli perngorbanan mereka dan semua yang telah mereka berikan karena aku kan sudah membayar semuanya. Begitu saja kan beres. Tapi ingat jika hutang itu masih belum terbayar, jangan pernah berjalan dengan rasa sombong dan tertawa-tertawa di muka bumi ini karena semua hutang itu pasti akan di tagih. Rasa sakit akan hanya terbayar dengan rasa sakit, setetes darah pun hanya akan terbayar dengan setetes darah juga.

Sebagai anak yang sudah berilmu, aku dan kamu pasti tahu betul di hari yang tak akan ada perlindungan nanti, setiap orang tua akan dimintai pertanggung jawabannya tentang apa yang telah dilakukan anaknya. Tapi mengapa aku dan kamu seakan-akan tidak pernah punya rasa perduli dan kasihan sedikit pun terhadap mereka. Kita malah suka setiap detik menggoreskan luka di hati mereka, dan sekarang mari kita hitung berapa banyak luka yang telah kita goreskan di hati mereka.

Ya memang aku sendiri tak tahu, aku dan kamu punya kesadaran besar akan itu, tapi mengapa hati ini begitu keras untuk setidaknya berkorban untuk mereka. Toch jika aku bisa berkorban itupun bukan untuk mereka tapi akan kembali kepada diriku sendiri. Ya, Allah mengapa hati ini begitu keras dan aku sendiri tak tahu mengapa kesadaranku tak cukup untuk meringankan langkah ini menuju jalanMu yang bisa menambah bekalku nanti dan kupersembahkan untuk orang tuaku dan meluluhkan hati yang keras ini. Apakah Engkau telah mengeraskan hati ini untuk bisa berjalan demi orang tuaku?

No comments:

Post a Comment

Kehidupan dimulai dari senyuman.... dan persahabatan adalah awal kehidupan... dan persahabatan kita bisa dimulai disini... Aku tunggu komentarnya ya...

Posting Terbaru